Halo semuanya, baru dapet blogging setelah selesai ujian pemantapan UN selesai. Dan selama ini, ada satu kejadian yang tidak akan pernah bisa lepas dari kalangan pelajar kita:MENCONTEK.
Kalau zaman dulu, kan pake kerpekan yang dioper ke seluruh kelas secara sembunyi-sembunyi. Tapi zaman sekarang HP-lah yang sering digunakan. Kecil, silent, menjangkau seluruh Indonesia, dan (hampir) setiap orang punya. Inilah salah satu senjata andalan kalangan pencontek untuk meraih nilai tinggi saat ujian.
Saya tidak menghakimi siapapun, dan saya tidak berkoar-koar kalau saya orang alim (saya sering juga nyontek kok), tapi saya hanya mencoba memberikan sebuah gambaran akan sistem pendidikan kita dari sudut pandang saya.
Pertama, saya akan menceritakan tentang kejadian yang terjadi selama ujian pemantapan. Banyak beredar kunci-kunci jawaban melalui SMS yang diklaim merupakan kunci yang benar. Nah di sinilah mental kita diuji. Apakah kita akan mentah-mentah menerimanya, menerimanya dengan filter, ataukah mengabaikannya?
Kalau saya pilih mengabaikan saja. Kenapa? Karena kunci tersebut mungkin saja nggak bener. Bayangkan, bagaimana bisa seseorang tahu soal yang akan muncul pada ujian, kecuali pembuatnya? Dari sana saja sudah terlihat bahwa kunci tersebut hanya spekulasi belaka, tidak dapat dipercaya. Tapi, banyak juga yang memakainya. Hal ini membuktikan bahwa banyak sekali siswa kita terlalu takut untuk mempercayai naluri dan kemampuan mereka sendiri.
Dan keberadaan kunci tersebut justru melemahkan niat untuk belajar mempersiapkan diri. Dengan adanya kunci yang beredar, jadinya siswa bisa merasa tenang dan tidak perlu belajar, toh sudah ada “tim sukses”. Mungkin ini akibat pengaruh budaya serba instan dan hedonisme.
Kedua, kebanyakan siswa mungkin belum menyadari bahwa nilai besar yang diperoleh dari hasil kecurangan merupakan sesuatu yang tidak perlu dibanggakan. Memang kita akan selamat dari remedial, tapi apakah kita mendapatkan pelajaran darinya? Mungkin sedikit, mungkin tidak sama sekali. Mencontek hanya akan membunuh diri kita perlahan-lahan, meracuni pikiran kita dengan pikiran korup, menodai pikiran dengan euforia mendapatkan sesuatu lewat jalur curang.
Coba kalau kita bisa melakukan sesuatu dengan kekuatan kita sendiri. Mungkin hasilnya tidak terlalu bagus, tapi setidaknya kita memperoleh beberapa manfaat yaitu pengalaman dan pelajaran.
Mungkin sudah cukup “menyalahkan” para siswa. Mungkin sudah saatnya “menyalahkan” sistem.
Di sini, sistem pendidikan kita memang sangat aneh. Begitu banyaknya materi yang harus dipelajari, begitu sedikit dari materi itu keluar dalam ujian. Wajar saja siswa mencontek, apa yang mereka pelajari ternyata tidak keluar dalam ujian, jadinya teman mereka yang menolong mereka.
Selain itu, sistem pendidikan kita terlalu mendewa-dewakan sistem multiple choice alias pilihan ganda. Memang di satu sisi, sistem ini mempermudah pemeriksaan dan objektifitasnya terbukti, namun efeknya ke siswa apa? Pilihan ganda yang terkadang ambigu atau mirip-mirip mendorong siswa buat mencontek karena mereka tidak yakin akan jawaban mereka sendiri. Jangan-jangan pembuat soal juga ngga tahu yang mana jawabannya, kan yang bikin 1 tim. Hal ini mungkin menjadi pemicu utama sindrom mencontek.
Baiklah, mungkin sudah cukup sekian dulu, maaf bahasanya agak kacau maklum baru keluar idenya. Kalau misalnya ada yang kurang, mungkin bisa ditambahkan. Dan saya terima kritik dan saran.
loading...
0 Response to "Mencontek, Apa Kata Dunia?"
Posting Komentar