Mungkin banyak yang tahu siapa JOHNY SETIAWAN.... Astronom asal Indonesia yang bekerja di Max Planck Institute for Astronomy (MPIA), Jerman. Bersama Timnya, Johny Setiawan, menemukan 10 planet di tata surya hydrae. Yang membuat bangga, beliau adalah satu-satunya ilmuwan non-Jerman (alias WNI), dan disana sebagai ketua tim proyek tersebut.
Di Jerman, Dr rer nat Johny Setiawan sangat mudah dikenali. WNI yang sudah 17 tahun tinggal di Jerman itu selalu tampil plontos, bercelana pendek, dan kaus tanpa lengan. Sandal jepit juga selalu menemani langkahnya. Padahal, profesi dan prestasinya tak main-main, yakni astronom dan penemu lebih dari sepuluh planet baru. Johny Setiawan memakai baju formal jika ada acara resmi saja. Begitu acara selesai, dia langsung ganti baju dengan setelan andalannya tersebut.
Meski telah 17 tahun merantau ke negeri Jerman, Johny masih fasih berbahasa Indonesia. Bukan hanya itu. Pria kelahiran Jakarta 16 Agustus 1974 (35 tahun) tersebut mengaku selain bahasa Indonesia, beliau telah menguasai empat bahasa dengan lancar, yakni Inggris, Spanyol, Prancis, dan Jerman. Masa kecil beliau dihabiskan di Jakarta, lebih tepatnya di daerah bintaro.
Johny menamatkan S-1 dan S-3-nya di Freiburg, Jerman. Penyajian dosen yang menarik ditunjang fasilitas lengkap membuat Johny maniak dengan segala sesuatu yang terkait astronomi. Karena itu, dia tercatat sebagai lulusan termuda di Albert-Ludwigs-Universitat, Freiburg, Jerman. Di universitas yang sama, Johny meraih gelar S-3 dan menjadi ilmuwan postdoctoral di Departemen Planet dan Formasi Bintang Max Planck Institute for Astronomy (MPIA).
Awal ketertarikan Johny pada astronomi dan bercita-cita menjadi Astronom adalah ketika ayahnya mulai sering mengajaknya ke atap rumah untuk melihat bintang-bintang tiap petang. "Saat itu di Jakarta masih bisa lihat bintang tiap malam karena langitnya masih bersih, tidak seperti sekarang,'' jelasnya. Kebiasaan inilah yang membangkitkan minatnya akan ilmu astronomi. "Waktu itu ayah saya sering bercerita yang aneh-aneh tentang bintang-bintang tersebut. Dia juga memberi nama aneh-aneh pula. Setelah saya dewasa, saya baru tahu bahwa apa yang dibicarakan ayah dulu salah semua,''
Meski mengidamkan profesi astronom, Johny mengakui sejak kecil justru tidak terlalu suka dengan pelajaran fisika yang menjadi elemen penting dalam ilmu tersebut. Menurut dia, banyak pertanyaan di fisika yang aneh-aneh dan cenderung tidak perlu. Saat itu dia malah lebih suka pelajaran sejarah. Beliau suka sekali menghafalkan sejarah-sejarah kerajaan dan tahun-tahun berdiri sekaligus runtuhnya kerajaan tersebut,'' ungkapnya.
Temuan Beliau
Sejak mengamati bintang-bintang di jagat raya, Beliau telah menemukan lebih dari 10 planet. Lima di antaranya sudah dipublikasikan, Sementara yang lain dalam tahap penelitian. Planet-planet tersebut di antaranya adalah planet yang dinamai HD 47536c, HD 110014b, dan HD 110014c, akan dipublikasikan tahun depan dalam jurnal astronomi.
Namun, dari sekian banyak temuannya, yang paling berkesan adalah planet TW Hydrae b. Pasalnya, itu satu-satunya planet temuannya yang tidak menggunakan angka-angka seperti yang lain. Planet itu adalah planet termuda yang beliay temukan. Planet ini juga dalam kontroversi karena masih banyak yang belum percaya karena pembuktian adanya planet ini kan secara tidak langsung.
Selain itu, Penemuan planet ekstrasolarnya (planet di luar sistem tata surya) dipublikasikan dalam majalah Nature pada 4 Januari 2008.
Sebelumnya tim astronom dari MPIA yang diketuainya berhasil menemukan sistem extrasolar termuda plus dengan metode variasi kecepatan radialnya.
Temuan bintang muda dan pleanetnya menjadi begitu penting. Kenapa? Karena dari situ kita bisa tahu awal mula tata surya dan pembentukan planet-planet yang mengitarinya. Pencarian planet pada bintang muda menjadi penting karena tidak lepas dari masalah aktivitas bintang, karena bintang di usia yang masih muda permukaannya masih tidak stabil.
Penemuan TW Hydra b justru memberi angin segar dan bukti pertama dalam dunia teori pembentukan planet. Jika didasarkan pada studi statistik, masa hidup piringan antar bintang rata-rata sekitar 10-30 juta tahun. Ini menunjukan, kalau waktu maksimum yang tersedia untuk terbentuknya planet hanya sampai 30 juta tahun. Dengan demikian TW Hydra b terbentuk dalam waktu yang sangat singkat hanya pada kisaran 8 – 10 juta tahun.
Sebagai Ilmuawan di bidang astronomi, beliau juga aktif dalam publikasi jurnal ilmiah. Tercatat dari data telah lebih dari 30 jurnal yang telah dibuat beliau
sumber :http://www.kaskus.us
loading...
0 Response to "Biografi Astronom Muda Indonesia"
Posting Komentar